Sabtu, 09 Februari 2013

Jangan Latah !



Jangan Latah !

            Yakni, jangan mudah mengenakan dan meniru-meniru ciri kepribadian umat lain.  Karena,   itu   akan   menjadi petaka yang  tak mudah reda bagimu. Orang-orang yang lupa dengan dirinya sendiri, suaranya, gerakan tubuhnya, ucapannya,   kemampuannya,             dan   kondisinya   sendiri,     kebanyakan      akan meniru-niru       budaya   bangsa   lain.   Dan   itulah   yang   disebut   dengan   latah, mengada-ada,        berpura-pura,      dan   membunuh        paksa   bentuk    dan   wujud dirinya   sendiri.
            Sejak zaman Nabi Adam hingga makhluk terakhir ciptaan Allah,   tak pernah ada dua orang yang sama persis rupanya. Maka, mengapa masih adaorang-orang       yang   memaksa       diri  untuk    menyamakan        perilaku    dan kepribadiannya dengan bangsa lain?
            Anda merupakan sesuatu yang lain daripada yang lain. Tak ada seorang pun   yang  menyerupai   Anda   dalam   catatan   sejarah   kehidupan   ini.   Belum pernah   ada   seorang   pun   yang   diciptakan   sama   dengan   Anda,   dan   tidak akan pernah   ada orang yang akan   serupa  dengan Anda  di  kemudian hari.
            Anda   sama   sekali   berbeda   dari   Zaid   dan   Amr.   Karenanya,   jangan memaksakan   diri   untuk   berbuat   latah   dan   meniru-niru   kepribadian   orang lain! Tetaplah berpijak dan berjalan pada kondisi dan karakter Anda sendiri.

 {Sungguh, tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).}
                                                                                                            (QS. Al-Baqarah: 60)

 {Dan, bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-hmbalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.}
                                                                                                            (QS. Al-Baqarah: 148)

            Hiduplah      sebagaimana   Anda   diciptakan;   jangan   mengubah   suara, menganti   intonasinya,       dan   jangan   pula   merubah     cara   berjalan  Anda ! Tuntunlah   diri   Anda   dengan   wahyu   Ilahi,   tetapi  juga  jangan   melupakan kondisi Anda dan   membunuh kemerdekaan Anda   sendiri.
            Anda  memiliki corak dan warna   tersendiri.   Dan   kami  menginginkan agar Anda  tetap seperti itu;  dengan corak dan warna Anda  sendiri.  Sebab Anda memang diciptakan demikian   adanya.  Kami mengenal Anda  seperti itu,  maka jangan pernah latah dengan meniru-niru orang lain.

            Umat   manusia      dengan   pelbagai   macam   tabiat   dan   wataknya   — seperti   alam   tumbuhan:   ada yang manis   dan   asam,  dan   ada  yang panjang dan pendek. Dan seperti itulah seharusnya umat manusia. Jika Anda seperti pisang,     Anda   tak   perlu   mengubah   diri   menjadi   jambu,   sebab   harga   dan keindahan   Anda   akan   tampak jika  Anda  menjadi  pisang.
            Begitulah,     sesungguhnya       perbedaan      warna    kulit,  bahasa,    dan  kemampuan   kita   masing-masing   merupakan   tanda-tanda   kebesaran   Sang Maha   Pencipta.   Karena   itu,   jangan   sekali-kali   mengingkari   tanda-tanda  kebesaran-Nya.

Isi Waktu Luang Dengan Berbuat !



Isi   Waktu   Luang   Dengan   Berbuat !

            Orang-orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka  selalu   melayangdayang  tak   tahu   arah.  Dan,

 {Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang.}
                                                                                                             (QS. At-Taubah: 87)

             Saat    paling   berbahaya      bagi   akal   adalah    manakala      pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu,  ibarat mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa  sopir,  akan mudah oleng ke  kanan dan  ke   kiri.
            Bila pada suatu hari Anda mendapatkan diri Anda menganggur tanpa kegiatan,   bersiaplah   untuk   bersedih,   gundah,   dan   cemas !   Sebab,   dalam  keadaan   kosong   itulah   pikiran   Anda   akan   menerawang   ke   mana-mana; mulai   dari   mengingat   kegelapan   masa  lalu,   menyesali   kesialan   masa   kini,  hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami. Dan itu, membuat akal pikiran Anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol. Maka   dari   itu,   saya   nasehatkan   kepada   Anda   dan   diriku   sendiri   bahwa  mengerjakan   amalan-amalan   yang  bermanfaat   adalah   lebih   baik   daripadaterlarut   dalam   kekosongan yang  membinasakan.   Singkatnya,   membiarkan diri   dalam   kekosongan   itu   sama   halnya   dengan   bunuh   diri   dan   merusak tubuh   dengan   narkoba.
            Waktu kosong itu tak ubahnya dengan siksaan halus ala penjara Cina; meletakkan si narapidana di bawah pipa air yang hanya dapat meneteskan air   satu  tetes   setiap   menit    selama   bertahun-tahun .       Dan    dalam    masa penantian   yang  panjang  itulah,  biasanya  seorang  napi  akan  menjadi  stres dan   gila.
            Berhenti   dari   kesibukan   itu   kelengahan,   dan   waktu   kosong   adalah pencuri yang culas. Adapun akal Anda,  tak lain merupakan mangsa empuk yang siap dicabik-cabik oleh ganasnya terkaman kedua hal tadi; kelengahan dan si "pencuri".
            Karena   itu   bangkitlah     sekarang   juga.   Kerjakan   shalat,   baca   buku, bertasbih, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau berbuatlah      sesuatu    yang    bermanfaat     bagi   orang    lain  untuk    mengusir kekosongan   itu !   Ini,   karena   aku     ingin   mengingatkan   Anda   agar   tidak berhenti  sejenak   pun   dari melakukan   sesuatu   yang bermanfaat.
            Bunuhlah   setiap   waktu   kosong   dengan   'pisau'   kesibukan !   Dengan cara   itu,   dokter-dokter   dunia   akan   berani   menjamin   bahwa  Anda   telah mencapai 50% dari kebahagiaan. Lihatlah para petani, nelayan, dan para kuli  bangunan !   Mereka  dengan  ceria  mendendangkan   lagu-lagu   seperti burung-burung   di   alam   bebas.   Mereka   tidak   seperti  Anda  yang   tidur   di atas    ranjang     empuk,       tetapi   selalu   gelisah    dan   menyeka      air  mata kesedihan.

Berbuat Baik Terhadap Orang Lain, Melapangkan Dada



Berbuat   Baik   Terhadap   Orang   Lain,
Melapangkan   Dada

            Kebajikan   itu   sebajik   namanya,   keramahan   seramah   wujudnya,   dan kebaikan      sebaik   rasanya.    Orang-orang   yang       pertama   kali   akan    dapat merasakan   manfaat   dari   semua   itu      adalah   mereka   yang   melakukannya. Mereka   akan   merasakan   "buah"nya   seketika   itu   juga   dalam   jiwa,   akhlak, dan   nurani   mereka.   Sehingga,   mereka   pun   selalu   lapang   dada,   tenang, tenteram   dan   damai.
            Ketika diri Anda diliputi kesedihan dan kegundahan, berbuat baiklah terhadap   sesama  manusia,   niscaya  Anda   akan  mendapatkan   ketentraman dan kedamaian hati.   Sedekahilah  orang yang  papa,   tolonglah  orang-orang yang   terzalimi,   ringankan beban orang yang menderita,  berilah   makan orang yang kelaparan,  jenguklah orang yang sakit,  dan bantulah orang yang terkena musibah, niscaya Anda akan merasakan kebahagiaan dalam semua sisi  kehidupan Anda !
            Perbuatan baik itu laksana wewangian yang tidak hanya mendatangkan manfaat bagi pemakainya,   tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan   manfaat   psikologis   dari   kebajikan   itu   terasa   seperti   obat-obat   manjur yang  tersedia di  apotik orang-orang yang berhati baik dan bersih.

            Menebar   senyum   manis   kepada   orang-orang   yang   "miskin            akhlak" merupakan   sedekah   jariyah.   Ini,        tersirat   dalam   tuntunan   akhlak   yang berbunyi, "... meski engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah berseri."
                                                                                                                        (Al-Hadits)

            Sedang     kemuraman        wajah   merupakan       tanda   permusuhan       sengit terhadap orang lain yang hanya diketahui terjadinya oleh Sang Maha Gaib.Seteguk air yang diberikan seorang pelacur kepada seekor anjing yang kehausan   dapat   membuahkan   surga  yang  luasnya   seluas   langit   dan   bumi. Ini merupakan bukti bahwa Sang Pemberi pahala  adalah   Dzat Yang Maha Pemaaf,   Maha  Baik dan sangat mencintai kebajikan,   serta  Maha  Kaya  lagi Maha   Terpuji.

            Wahai orang-orang yang merasa terancam oleh himpitan kesengsaraan, kecemasan   dan   kegundahan   hidup,   kunjungilah   taman-taman   kebajikan, sibukkan diri kalian dengan memberi, mengunjungi, membantu, menolong, dan   meringankan   beban   sesama.   Dengan   semua   itu,   niscaya   kalian   akan mendapatkan   kebahagiaan   dalam   semua   sisinya;   rasa,   warna,   dan   juga hakekatnya.

{Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Rabb-nya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.}
                                                                                                            (QS. Al-Lail: 19-21)