Rabu, 06 Februari 2013

Yang Lalu Biar Berlalu



Yang   Lalu   Biar   Berlalu

            Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila.  Itu,  sama artinya   dengan   membunuh   semangat,   memupuskan   tekad   dan   mengubur  masa  depan yang belum  terjadi.

Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah   dilihat   kembali.   Cukup   ditutup   rapat-rapat,   lalu   disimpan   dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya.   Atau,   diletakkan   di   dalam   ruang   gelap   yang   tak   tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya   kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia  memang sudah   tidak ada.

             Jangan   pernah   hidup   dalam   mimpi   buruk   masa   lalu,   atau   di   bawah payung gelap masa silam.  Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah   Anda   ingin   mengembalikan  air  sungai   ke   hulu,   matahari   ke tempatnya   terbit,   seorok   bayi  ke   perut   ibunya,   air   susu   ke   payudara   sang ibu,   dan   air   mata   ke   dalam   kelopak   mata?   Ingatlah,   keterikatan   Anda dengan   masa   lalu,   keresahan   Anda   atas   apa  yang   telah   terjadi   padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan   kedekatan jiwa Anda pada   pintunya,   adalah   kondisi  yang   sangat   naif,   ironis,   memprihatinkan, dan   sekaligus   menakutkan.

            Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan,   mengendurkan   semangat,   dan   menyia-nyiakan   waktu   yang  sangat berharga. Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum  dan   apa   saja   yang   telah   mereka   lakukan,   Allah   selalu   mengatakan,   "Itu  adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai  pula   urusannya.   Dan   tak   ada   gunanya   mengurai   kembali   bangkai   zaman  dan memutar kembali roda sejarah.

            Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang  yang menumbuk tepung,  atau orang yang menggergaji serbuk kayu.

            Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang  meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat  itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang,  sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini,"Mengapa engkau   tidak   menarik   gerobak?"

 "Aku   benci  khayalan," jawab   keledai.

            Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan  dan   justru   hanya   disibukkan   oleh   masa   lalu.   Itu,   sama   halnya   dengan  kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-  puing   yang   telah   lapuk.   Padahal,      betapapun      seluruh   manusia   dan   jin  bersatu     untuk   mengembalikan semua   hal   yang   telah   berlalu,    niscaya mereka tidak  akan   pernah   mampu. Sebab,   yang    demikian     itu  sudah mustahil   pada   asalnya.

            Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya,  angin akan selalu berhembus ke depan,  air akan mengalir ke depan,  setiap kafilah akan berjalan ke  depan,  dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar