Sabtu, 09 Februari 2013

Biarkan Masa Depan Datang Sendiri



Biarkan   Masa   Depan   Datang   Sendiri

 {Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.}
                                                                                                             (QS. An-Nahl: 1)

Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi!  Apakah Anda mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak?  Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan   dapat   diraba,   belum   berwujud,   dan   tidak   memiliki   rasa   dan   warna.
Jika   demikian,   mengapa   kita   harus   menyibukkan   diri   dengan   hari   esok, mencemaskan        kesialan-kesialan     yang   mungkin      akan   terjadi  padanya, memikirkan   kejadian-kejadian   yang   akan   menimpanya,   dan   meramalkan bencana-bencana  yang bakal   ada  di  dalamnya?   Bukankah   kita  juga   tidak  tahu   apakah   kita   akan   bertemu   dengannya   atau    tidak,   dan   apakah   hari esok   kita  itu   akan berwujud  kesenangan   atau   kesedihan?
Yang jelas,  hari esok masih   ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai   di   atasnya.   Sebab,   siapa  yang   tahu   bahwa   kita   akan   sampai   atau tidak   pada  jembatan   itu.   Bisa  jadi   kita   akan   terhenti  jalan   kita   sebelum sampai  ke  jembatan   itu,   atau   mungkin   pula jembatan   itu   hanyut   terbawa arus   terlebih   dahulu   sebelum   kita   sampai   di   atasnya.   Dan   bisa  jadi   pula, kita  akan sampai pada jembatan itu   dan kemudian menyeberanginya.
Dalam syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib, dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh) .  Secara nalar,   tindakan itu   pun tak masuk   akal,  karena  sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia  di   dunia   ini justru   banyak   yang   termakan   oleh   ramalan-ramalan tentang   kelaparan,   kemiskinan,   wabah   penyakit   dan   krmjekonomi   yang kabarnya akan menimpa mereka.  Padahal,  semua itu hanyalah bagian dari kurikulum   yang  diajarkan   di   "sekolah-sekolah   setan".

 {Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.}
                                                                                                             (QS. Al-Baqarah: 268)

            Mereka   yang   menangis sedih   menatap      masa   depan     adalah    yang menyangka   diri   mereka   akan        hidup   kelaparan,   menderita   sakit   selama setahun,   dan   memperkirakan   umur   dunia   ini   tinggal   seratus   tahun   lagi. Padahal, orang yang sadar   bahwa usia hidupnya berada di 'genggaman yang  lain'  tentu   tidak   akan   menggadaikannya   untuk          sesuatu   yang   tidak   ada. Dan orang yang  tidak  tahu   kapan  akan mati, tentu salah besar bila justru  menyibukkan   diri  dengan sesuatu   yang belum   ada dan   tak berwujud.
       Biarkan      hari  esok   itu  datang   dengan      sendirinya.   Jangan pernah menanyakan   kabar   beritanya,   dan   jangan   pula   pernah   menanti   serangan petakanya.  Sebab,  hari ini Anda sudah sangat sibuk.
      Jika   Anda   heran,   maka   lebih   mengherankan   lagi   orang-orang   yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Oleh karena itu, hindarilah angan-angan yang berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar